Mediapublik.net, Banjarmasin
Serikat media Siber Indonesia (SMSI) Kalimantan Selatan yang menaungi Media Online, dengan Kode Etik Kewartawanan semua sama, sehingga jangan keluar dari tujuan dari permediaan itu. Karena pada dasarnya muaranya sama, yaitu ingin membangun Indonesia dengan lebih baik, walaupun bidangnya di bidang pemberitaan, yang berada di bidang Media Online.
Demikian disampaikan Danrem 101/Antasari Brigjen TNI Rudi Puruwito, SE., Rabu (13/7/2022) saat menerima audiensi Para Pengurus Serikat media Siber Indonesia (SMSI) Kalimantan Selatan di Korem 101/Antasari.
Disebutkan Danrem, Media Online akan cepat terbaca oleh semua kalangan, karena hampir semua Masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak, Guru,Polisi, Tentara, Tukang Becak maupun Tukang bakso, semuanya sekarang sudah menggunakan Ponsel, sehingga kecepatan berita akan lebih diutamakan.
“Di sini harus ada unsur hati-hati dalam menyampaikan berita Online. Semua berita harus chek and richek, jangan sampai kita baru mendengar data sepenggal, lalu dimasukkan di dalam berita online, ternyata berita itu akan jadi suatu kegaduhan, karena keterangan yang didapat tidak valid,” pesan Danrem.
Sehingga ketika memasukkan suatu berita dalam berita Online, harus siap bertempur apabila ada nanti pihak-pihak yang merasa tidak nyaman akan memberikan melaporkan balik kepada kita. Sehingga ketika menulis di Media Online itu, yakin sudah melakukan langkah-langkah, apabila ada yang complain atau disebut serangan balik kepada kita.
“Sehingga kita bertanggungjawab dan merasa apa yang kita beritakan itu adalah sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan. Mungkin data benar. Fakta benar. Tapi analisis salah. Itu sering terjadi,” Danrem mengingatkan.
Dicontohkan, ada anak yang pergi ke sekolah naik bak. Berita itu tidak salah, benar. Fotonya ada. Disana naik di atas perahu bak plastik, benar. Dan berseragam sekolah, benar. Tetapi berita itu membuat analisis orang menjadi salah.
Artinya bahwa daerah itu terkesan banjir. Padahal jaman itu mulai dari jaman Belanda daerahnya rawa. Yang kedua, dia bersekolah itu bukan kebiasaannya seperti itu. Itu hanya pas bermain pulang sekolah, dia bermain dengan teman-temannya di atas air, bersenang-senang, sambil naik di atas bak plastik. Terberitakan bahwa daerah itu banjir, anak sekolahnya masih naik bak, dan tidak terperhatikan oleh Pemerintah setempat.
“Itulah. Beritanya benar. Datanya benar. Tetapi membuat asumsi publik, salah. Maka dari itu penjelasan di dalam berita juga harus jangan menimbulkan multi tafsir. Kalau judul berita menarik, itu adalah yang pasti. Judul berita itu tidak menjawab pertanyaan, juga harus pasti. Karena kalau judul berita itu sudah menjawab pertanyaan, orang tidak mau baca.
Judulnya itu memang harus membuat orang penasaran untuk membaca. Itu adalah keahliaan media. Tapi berita itu harus berbobot dalam arti tajam, akurat, terpercaya. Tentunya menarik dan mempunyai nilai untuk membangun.
Jangan hanya berita itu menyudutkan saja, tidak ada nilai beritanya. Berita juga jangan menulis bersifat provokasi. Walaupun benar, tetapi kalau diberitakan, akan menimbulkan akibat atau dampak yang lebih buruk.
Berarti harus berfikir. Kalau diberitakan, walaupun datanya benar, tapi akan menimbulkan suatu efek yang kurang bagus. Yang hal ini membuat Bangsa ini tidak lebih maju, tapi akan menjadi masalah baru, seperti contioh ada Mahasiswa Demo yang sebenarnya kecil, namun dibuat seolah-olah se Indonesia seharian demo ketidak puasan dengan kebijakan Pemerintah, padahal itu sebenarnya harinya berbeda, tahunnya berbeda, tapi dikemas dalam satu hari yang sama dalam satu kali berita.(juns)